POSKUPANGWIKICOM - Cerita Rakyat NTT: Rusa yang Sombong dan Bekicot yang Cerdik Cerita Rakyat dari Kabupaten Lembata Ada seekor Rusa dan Bekicot atau siput darat dalam kesehariannya mereka dua bersahabat baik.. Tetapi dalam persahabatan itu, Rusa bersifat congkak karena dia memiliki postur tubuh yang tinggi besar dan mempunyai kemampuan lari yang sangat cepat. Adik - adik cerita sang kancil memang sangat paling di minati oleh anak-anak, dongeng si kancil mempunya banyak kisah dan judul dengan karakter kancil yang cerdik dan pintar. Adik-adik tentu suka membaca juga kan. Kali ini kaka akan menuliskan cerita kancil dengan judul "KANCIL HAKIM YANG CERDIK", mari adik-adik kita lanjutkan membaca ceritanya. Search suggest kancil menjadi hakim, hakim binatang, cerita rimba, kancil yang cerdik, cerpen kancil, dongeng kancil, kancil dan buaya, cerita sang kancil, sang kancil Hakim Yang Cerdik Memperdaya Buaya Pada suatu hari ditepi hutan yang subur ada tiga ekor Sapi, mereka adalah Sapi betina, Sapi jantan dan anak mereka seekor Sapi yang baru beranjak remaja. Tampak pemandangan tepi hutan yang indah dan rumput yang hijau tumbuh subur membuat mereka gembira. Terlihat anak Sapi berlarian kesana kemari. "Bu saya mau jalan ke tepi sungai" "Boleh tapi jangan jauh-jauh ya!" jawab Ibu Sapi "iya Bu . . !" Sapi muda itu pun berjalan pergi ketepi sungai, ia melihat banyak hewan-hewan kecil di sekitar sungai. Hatinya senang saat melihat katak berloncatan kian kemari. Dongeng kancil Tak terasa ia pun sudah jauh meninggalkan tempat kedua orang tuanya. "Toolooong . . .!" tiba-tiba si Sapi muda mendengar suara merintih minta tolong. Aih, ternyata didepan sana ada seekor Buaya sedang tertindih batang pohon yang patah. "Tolong, tolong lah aku . . ." rintih siBuaya dengan suara sangat memelas. "Kau ini kenapa Buaya" tanya Sapi sambil mendekat "Aduh Sapi yang baik, sudah dua hari aku tertindih kayu besar ini" "Siapakah yang menindihmu dengan batang kayu besar ini Buaya" Tanya Sapi lagi. "gara-gara gempa bumi dua hari yang lalau. dan sekarang tolong lah aku Sapi yang baik" Jawab si Buaya "Ah, aku rasa aku tidak akan bisa menolong mu" Kata Sapi "Lho, kenapa? kau pasti kuat mendorong kayu yang menindihku ini." "Kuat sih kuat Buaya, tapi. . . . .!!" "Tapi kenapa Sapi?" Anak Sapi itu teringat pesan-pesan dari ibunya bahwa bangsa Buaya tidak bisa dipercaya, mereka mempunyai sifat licik sekali dan suka makan daging hewan lainnya. "Tidak Buaya, aku ingat pesan Ibuku dan aku tidak mau menolong mu Buaya" Kata Sapi."Kalau kau ku tolong nanti jangan-jangan kau akan memangsaku Buaya. ." "Jangan kuatir Sapi, aku tidak akan melukai mu." "Tidak Buaya . .! Aku tidak bisa mempercayaimu." "Oh, Sapi yang baik. Apakah kau tidak kasihan kepadaku, sudah dua hari aku tersiksa begini, tak bisa makan tak bisa minum, dan dada aku pun terasa sangat sesak Sapi" rayu si Buaya. "Tapi kau binatang jahat Buaya" "Oh Sapi yang baik, itu kan dulu. Dan setelah tertindih kayu begini sekarang aku sadar bahwa aku memerlukan hewan lain, maka sekarang ini aku sudah bertobat, tolonglah aku Sapi, huk..huk..huk. . ." Rayu Buaya sambil mengeluarkan air mata. Sapi muda itu pun mulai terpengaruh oleh rayuan Buaya, dan lama-lama Sapi pun merasa kasihan juga terhadap Buaya. "Baiklah Buaya, aku akan menolongmu, tapi kau harus janji Buaya, nanti setelah aku tolong kau jangan memakan atau mencelakakan aku Buaya" "Iya aku janji Sapi, percayalah" jawab Buaya. Lalu Sapi muda pun berusaha menolong Buaya dengan mendorong kayu sekuat tenaga, dan akhirnya plong! Buaya terlepas dari tindihan batang kayu. Tapi....astaga! begitu Buaya sudah bebas dan terlepas dari tindihan kayu Buaya itu langsung meloncat ke punggung Sapi dan menerkam punuk si Sapi. dongeng untuk anak "Aduuhh..!" pekik Sapi kesakitan. "kenapa kau menggigit punukku Buaya?" "Lho, aku kan sudah minta tolong kepadamu Sapi, bahwa aku tertindih kayu selama dua hari, tidak makan dan tidak minum. Sekarang kau harus menolongku agar aku bebas dari rasa haus dan lapar." kata si Buaya. "Dengan memakan dagingku?" tukas Sapi. "Betul Sapi, sekaligus meminum darahmu." "Dasar Buaya licik, tidak tahu balas budi!" "Sudahlah Sapi muda yang bodoh!" sergah Buaya."kau terima saja nasibmu." "Tidak Buaya, ini tidak adil" teriak Sapi. "Lho, ini sudah hukum rimba Sapi, Siapa yang kuat dialah yang menang" "Tidak Buaya, aku tidak bisa terima." tukas Sapi. "Kau bisa bertanya pada makhluk yang lain, boleh hewan ataupun benda apa saja, pasti mereka akan membenarkanku" Sahut Buaya. "Ya, aku akan meminta keadilan pada yang lain" kata Sapi. Datang pertolongan kancil ditunjuk sebagai hakim Dan kebetulan saat itu ada tikar lapuk hanyut di sungai. Sapi menceritakan kejadian yang menimpanya dan meminta pendapat tikar lapuk. Apa jawabannya? "Itu sudah benar, terimalah nasibmu. Aku juga mengalaminya, ketika aku masih dalam keadaan baru aku di pakai, jika aku kotor aku dibersihkan tapi setelah ku lapuk dan banyak yang bolong aku dibuang begitu saja kesungai" jawab Tikar lapuk. "Nah, benarkan kataku Sapi" sahut Buaya. "Tidak, nah itu ada keranjang hanyut." protes Sapi. Tapi ketika keranjang itu di tanya jawabannya persis seperti tikar "ketika masih baru da masih utuh aku dipakai, kini setelah rusak aku dibuang begitu saja kesungai" "Nah, benar'kan?" sahut Buaya. Tiba-tiba ada seekor bebek betina tua berenang, Sapi dan Buaya pun meminta pendapat bebek. "Kukira Buaya benar, sebab manusia juga kejam, ketika aku masih muda dan bisa bertelur aku dipelihara, sekarang ketika aku mau disembelih, untungnya aku bisa melarikan diri, jadi tirulah perbuatan manusia, mereka mau enaknya sendiri" "Hohoho... kau mau mengadu kemana lagi Sapi." Saat itu kebetulan kancil lewat didepan Buaya dan Sapi. Kali ini Buaya yang meminta pendapat kancil. Buaya juga yakin kalau kancil juga akan membenarkan pendiriannya. "Kalau aku diminta menjadi hakim, aku harus tahu awal kejadiannya." kata kancil."Apakah kalian keberatan jika mengulang awal kejadian yang kalian alamai?" "Tidak! aku tidak keberatan." sahut Buaya. dongeng anak Maka dilakukanlah pengulangan itu. Buaya kembali ketempatnya semula dan Sapi mengembalikan kayu yang semula menindih Buaya kepunggung Buaya. "Benarkah kejadiannya seperti ini?" tanya kancil "Benar!" jawab Sapi dan Buaya bersamaan "lalu Buaya memanggilku agar aku mau menolongnya" sahut Sapi Kancil mendekati Sapi dan berbisik kepada Sapi "Ayo Sapi kita tinggalkan saja Buaya jahat ini. Tidak usah kau tolong" Sapi baru sadar inilah kesempatan baginya lolos dari bahaya maut. Tanpa basa basi lagi Sapi mengikuti arah lari kancil yang sudah meloncat lri lebih dulu. "Hei..... tunggu.... ! Jangan pergi dulu.... !" teriak Buaya. Tapi Sapi dan kancil tidak menghiraukannya. Baca juga cerita lainnya Kancil Dan Siput Lomba Berlari Hikmah Cerita Adik-adik yang baik dari cerita pendek tadi kita bisa ambil hikmahnya. Bahwa mempunyai sifat yang Rakus dan tidak tahu balas budi akibatnya bisa celaka. Nah adik-adik yang baik sekian cerita kancil yang cerdik dari kakak, baca lagi yuk, cerita-cerita kancil lainnya. BurungGagak yang Cerdik . 13 September 2018 11:05 Diperbarui: 13 September 2018 11:36 599 12 3 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto ilustrasi: pinsdaddy. Pada suatu musim kemarau, tidak turun hujan di seluruh daerah. Cerita Singkat, Studi Independen SEAL AWS Digital Transformation in the Government Kampus Merdeka
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 122335 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d8305cdfb850bc2 • Your IP • Performance & security by Cloudflare

1 Kelemahan manusia yang tidak ditopang. Kitab Hakim-hakim meliputi suatu periode selama kurang lebih 400 tahun. Dalam jangka waktu yang relatif singkat ini dua belas orang penyelamat harus dicari untuk menyelamatkan bangsa Israel dari akibat perbuatan mereka. Mereka bukannya tidak tahu fakta sejarah.

0% found this document useful 0 votes2K views63 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views63 pagesKajian Filologis Dalam Hikayat Cerita SeorangJump to Page You are on page 1of 63 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 12 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 16 to 19 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 23 to 25 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 29 to 48 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 56 to 62 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Iyasbin Mu'awiyah al-Muzanni Malam itu, Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz tak bisa tidur, hilang rasa kantuknya, tak mampu memejamkan matanya, resah dan gelisah hatinya. Di saat malam yang sangat dingin itu, pikiran beliau sedang sibuk dengan urusan pemilihan qadhi di Bashrah yang diharapkan dapat menegakkan keadilan di tengah manusia, yang akan menghukum dengan
CERITA KANCIL“HAKIM YANG CERDIK” Suatu hari, di tepi hutan yang subur ada satu keluarga sapi yaitu sapi jantan, sapi betina dan anak sapi yang mulai beranjak remaja. Pemandangan di tepi hutan yang indah dan rumput yang hijau subur membuat mereka gembira. Anak sapi berkeliaran kesana kemari. “Bu, saya mau jalan-jalan ke tepi sungai”. “Boleh, tetapi jangan terlalu jauh ya nak”. Kata Ibu sapi. “Iya Bu…!”. Jawab anak sapi. Sapi muda itu berjalan ketepi sungai, ia melihat berbagai hewan kecil di tepi sungai. Hatinya merasa senang melihat katak berloncatan kian kemari. Tak terasa anak sapi sudah sangat jauh meninggalkan tempat kedua orang tuanya. “Tolooooooong…!”. Tiba-tiba ia mendengar suara merintih kesakitan. Aih, didepan ada seekor buaya sedang tertindih pohon yang patah. “Tolong, tolonglah aku…..” rintih buaya dengan suara memelas. “Kau ini kenapa Pak Buaya? Tanya anak sapi mendekat. “aduh sapi yang baik, sudah dua hari aku tertindih kayu besar ini”. “Siapa yang menindihmu pak buaya?” tanya sapi sambal mendekat tergesa-gesa. “Gara-gara gempa bumi dua hari yang lalu. Sekarang tolonglah aku Sapi yang baik” jawab Buaya. “Aku rasa, aku tak bisa menolongmu pak Buaya” jawab sapi. “Loh, kenapa? Kau pasti kuat mendorong kayu yang menindihku ini” kata Pak buaya. “Kuat sih kuat, tapiii…” jawab sapi lagi. “Kenapa?”. Tanya pak buaya sambal memasang wajah kesakitan. Sapi teringat kata-kata ibunya bahwa bangsa buaya tidak bisa dipercaya, mereka licik sekali. Suka makan daging hewan lainnya. “Tidak, aku tidak akan menolongmu. Kalua ku tolong nanti kamu akan memangsaku!” kata Sapi. Lalu Buaya menjawab “Jangan khawatir, aku tak akan melukaimu”. “Tidak, aku tidak bisa mempercayaimu” kata sapi. “Oh, sapi yang baik, apakah kau tidak kasihan kepadaku, sudah dua hari aku tersiksa begini, tak bisa makan, tak bisa minum, dada terasa sesak”. “Tapi kau binatang jahat” Potong sapi. Lalu si buaya berkata lagi sambal meyakinkan si sapi “Oh Sapi yang baik, itu kan dulu. Setelah terrindih kayu begini aku menjadi sadar bahwa aku memerlukan hewan lain. Maka sekarang aku bertobat, tidak akan memakanan hewan lain kecuali hewan itu telah mati sendiri. Aku tobat, tolonglah aku, uhuk…uhuk..uhuk” dengan suara yang lemah si Buaya meyakinkan si sapi remaja. Buaya terus menerus merayu dengan berbagai macam cara sembari mengeluarkan air mata. Akhirnya Sapi muda terpengaruh dengan ucapan dan cara si Buaya. Lama-lama si sapi kasihan juga dengan keadan si Buaya yang tertindih batang pohon. “Baiklah, aku akan menolongmu, tapi janji loh ya jangan mencelakakanku” ucap sapi kepada buaya. “Baiklah sapi aku berjanji tidak akan mencelakaimu, percayalah padauk” kata buaya mulai senang karena akan ditolong oleh sapi. Akhirnya si sapi mulai menolong buaya, ia berusaha mendorong kayu itu sekuat tenaga, dan akhirnya terlepaslah buaya dari tertimpa batang kayu itu. Tapi…. Astaga !. begitu terlepas dari tindihan kayu, buaya itu langsung meloncat ke punggung si sapi dan menerkam punuk sapi. “Nah… iya kan, ternyata kau binatang yang jahat” kata sapi yang sudah terkuras tenaganya.”Aduuuuh…!” pekik sapi kesakitan. “Kenapa kau menggigit punukku pak Buaya?”. “Loh.. aku kan sudah minta tolong kepadamu bahwa aku tertindih kayu selama dua hari, tidak makan, dan tidak minum. Sekarang aku merasa lapar, jadi kau harus menolongku terbebas dari rasa lapar dan haus ini” kata sapi sambal menggigit punuk si sapi. “Dengan memakan dagingku?” sahut si sapi. “Betul.., sekaligus meminum darahmu” jawab Buaya. “Dasar Buaya licik, takt ahu balas budi” kata marah dan sedih. “Sudahlah sapi mudah yang bodoh, terimalah nasibmu” jaawab Buaya dengan liur yang menetes di sebelah bibirnya yang lebar. “Tidak…. Ini tidak adil” teriak sapi. “Loh ini sudah hukum rimba, siapa yang kuat dia yang menang!” kata buaya yang sudah merasa menang. “TIdak.. aku tidak bisa terima ini” kata sapi lagi, “Kau bisa tanyakan kepada hewan yang lain, pasti mereka akan membenarkanku” sahut buaya. “Ya, aku akan meminta keadilan pada hewan yang lain” jawab sapi penuh harap. Kebetulan pada saat yang bersamaan ada tikar lapuk yang hanyut disungai. Sapi menceritakan semua kejadian ini kepada tikar lapuk, dan apa jawabnya. “Itu benar, terimalah nasibmu. Ketika keadaanku masih baru aku dipakai, jika kotor dibersihkan. Tapi setelah lapuk begini, aku dibuang begitu saja ke sungai”. Jawab tikar lapuk. “Naaaaaaah, benar kan kataku”kata buaya semakin senang. “Tidak, nah itu ada keranjang hanyut, aku akan bertanya kepadanya”kata Sapi. Tetapi Ketika keranjang itu ditanya, jawabnya persis seperti tikar lapuk tadi. “Ketika masih baru dan butuh, aku dipakai, namun kini aku sudah rusak aku dibuang ke sungai begitu saja” “Naaaaaaah…. Benar kan apa kataku” timpal buaya sambal tersenyum menang. Lalu tiba-tiiba ada bebek betina tua berenang, Sapi dan buaya meminta pendapat pada bebek tersebut. “Kukira Buaya benar, sebab manusia juga kejam, Ketika masih muda dan bisa bertelur aku dipelihara. Sekarang aku sudah tua dan tidak bisa bertelur lagi akum au disembelih. Untungnya aku bisa kabur, jadi tirulah perbuatan manusia, mereka mau enaknya sendiri” jawab bebek tua sambal menitikkan air matanya. “Hohohoho… mau mengadu kepada siapa lagi kau sapi, semua mengatakan aku benar kan?” kata Buaya dengan gembira riang. Tetapi tiba-tiba Si Kancil yang cerdik sedang melintas diantara perdebatan Buaya dan Sapi yang meminta keadilan. Lalu si sapi meminta pendapat sikancil tentang kejadian yang ditimpanya. Si Buaya berkata dalam hatinya “Pasti si Kancil akan membenarkan juga”. “Kalau aku diminta menjadi hakim, aku harus tau awal kejadiannya, apa kalian berkeberatan jika mengulang kejadian ini dari awal?” kata kancil. ”Tidak, aku tidak keberatan, mari silahkan lakukan dari awal sampai akhir!” kata Buaya sangat yakin bahwa kancil akan membenarkan pendiriannya. Maka dilakukanlah pengulangan kejadian itu. Buaya Kembali ke tempatnya semula. Sapi mengembalikan kayu besar ke punggung buaya. “Benarkah kejadiannya seperti ini?” kata kancil. “Benar!” jawab sapi dan buaya bersamaan. “Lalu pak Buaya memanggilku agar akum au menolongnya, dan dia berjanji tidak akan mencelakaiku” ucap Sapi dengan cepat. Kancil mendekati Sapi dan berbisik lirih “Ayo kita tinggalkan buaya jahat ini”. Sapi batu sadar bahwa inilah kesempatan baginya lolos dari bahaya maut. Tanpa basa-basi lagi sapi mengikuti lari arah kancil yang sudah meloncat terlebih dahulu. “Hei tunggu…! Jangan pergi dulu..!” teriak buaya. Tapi sapi dan kancil tak menghiraukannya. Lalu si kancil berteriak sambal berlari “Makanya, jangan terlalu rakus dan takt ahu balas budi, akibatnya bisa celaka sendiri”. Sibuaya merasa kesal karena dia ditipu oleh kancil, akhirnya sibuaya tetap tertimpa kayu besar itu sampai akhirnya mati setelah beberapa hari karena tidak bisa makan dan minum. “Setelah terasa sudah jauh akhirnya si sapi mengucapkan terimakasih dan salam perpisahan kepada kancil, yang sudah sangat cerdik mau menolongnya. “Terima kasih Cil… bila tidak ada kamu aku pasti akan jadi santapan buaya jahat itu”. “Ya, sama-sama. Lain kali janganlah begitu percaya pada janji-jaji yang di ucapkan oleh hewan jahat” kata kancil menasehati anak sapi. “Okelah Cil… saya mau pulang dulu, bapak dan ibuku pasti sudah menunggu, karena aku terlalu lama meninggalkan mereka. Mereka pasti khawatir”. Kata sisapi Bahagia. “Baiklah, sampai jumpa lagi sapi” kata kancil. Dan mereka berpisah, sisapi menyusuri pematang yang indah, sedang kancil menyusuri jalan setapak untuk terus melanjutkan perjalanan. Sambal bernyanyi kancil berkata dalam hatinya “Hidup tanpa ada kekerasan begitu indah. Tebarkan kebahagiaan agar taka da lagi kejahatan di dunia ini”. Malampun tiba, waktunya kita istirahat untuk memulai hari esok yang indah. “Selamat tidur” ucap Kadesnicis kepada anaknya, sembari menutup buku cerita sikancil. Akhirnyapara hewan hutan sudah kewalahan dan meminta tolong si kancil yang cerdik agar bisa mengusir si babi yang sombong. Suatu hari si kancil yang cerdik datang kepada si babi, "Hai kancil dari mana saja kamu, sudah lama aku tidak berjumpa dengan mu, cil" kata si babi melihat kancil datang.
Dalam kisah, tersebutlah seorang lelaki di kota Wasith Irak menitipkan uang kepada seorang temannya. Uang itu dia taruh di dalam tas yang dijahit rapat. “Di tas ini ada seribu dinar,” katanya kepada sang teman. Setelah itu dia pergi jauh untuk waktu yang lama sekali. Kabarnya, ia baru kembali setelah belasan tahun. Uang titipan itu tidak kecil jumlahnya. Dinar adalah mata uang yang nilai per kepingnya sekitar 4,25 gram emas. Jadi, dinar berarti sama dengan gram, atau 4,25 kg. Jika harga satu gram emas Rp saja, maka dinar bernilai sekitar Rp satu miliar dua ratus tujuh puluh lima juta rupiah. Suatu jumlah yang tidak kecil! Walau pun dititipi uang yang begitu banyak, ternyata sang teman tidak tergoda untuk mengambilnya. Namun, setelah menunggu sekian lama dan pemilik harta tak juga datang, dia pun mulai berpikir. “Boleh jadi dia sudah meninggal,” katanya dalam hati. Setan pun kini mulai mengganggu dan melancarkan jurus-jurus godaannya tanpa henti. Mula-mula dia masih bertahan. Namun setelah sekian lama, ternyata dia termakan juga oleh timbullah niat jahat untuk memiliki uang tersebut. “Tapi, bagaimana kalau ternyata dia belum mati dan datang meminta titipannya?” lelaki itu berpikir ragu. Hati kecilnya yang masih waras rupanya memberontak. Sesaat, sisi lain dari hatinya yang terkontaminasi bujuk rayu nafsu dan setan melawan keraguan ini. Sisi hati yang dikuasai kekuatan negatif itu menyodorkan sebuah “solusi.” “Ah, gampang. Biar kubuka saja jahitannya di bagian bawah, dan nanti aku jahit lagi,” pikirnya. Maka dibukalah jahitan di bagian bawah tas titipan ini dan diambilnya seluruh uang yang ada di dalamnya. Setelah itu, dia masukkan uang dirham uang perak yang per kepingnya sekitar 3 gram sebanyak keping. “Beres,” pikirnya. Benarkah beres? sama sekali tidak karena ternyata dia telah salah duga. Kawannya yang lama pergi ternyata tidak meninggal seperti dugaannya semula. Beberapa waktu kemudian ia datang dan meminta kembali titipannya. Setelah menerima tas miliknya, lelaki itu pun pulang. Betapa terkejutnya lelaki ini ketika membuka khatm tutup tas tersebut dan melihat bahwa uang dinarnya raib dan berganti dengan dirham. Dengan perasaan marah, dia kembali ke rumah temannya. “Ayo, kembalikan uangku! aku menitipkan uang dinar padamu, tapi yang kudapat sekarang adalah uang dirham,” katanya. Namun teman yang dititipi ini menyangkal bahwa dia telah mengambil uang tersebut. Lelaki itu tentu tidak menyerah begitu saja. “Ayo kita menghadap hakim,” katanya. “Baik,” jawab teman yang dititipi. Maka berangkatlah mereka berdua ke tempat hakim. Si hakim adalah seorang lelaki yang dikenal alim, taat beragama, cerdik dan baru saja menduduki jabatan sebagai hakim. Ketika dua orang berperkara ini menghadap padanya, si hakim bertanya kepada si penitip. “Sejak kapan kamu menitipkan uangmu padanya?” “Lima belas tahun lalu,” jawabnya. “Coba bawa ke sini uang dirhamnya,” tukas hakim. Setelah uang itu dibawa ke depannya, dia pun berkata kepada para saksi yang hadir, “Coba kalian periksa tahun pembuatan uang ini dan bacakan kepada saya.” Maka dibacakanlah tahun pembuatan uang tersebut. Ternyata, uang itu bertarikh dua atau tiga tahun sebelum hari itu. Dari fakta ini dapatlah dipastikan siapa yang benar dan siapa yang salah. Si hakim menyuruh orang yang dititipi untuk mengembalikan uang dinar yang diambilnya. Tidak cuma itu! Dia juga menghukum lelaki yang telah berdusta tadi dengan diarak keliling kota.
Alkisahada seekor kancil yang sedang di kejar anjing.Hewan yang cerdik ini bersmbunyi disemak belukar agar anjing tidak mengetahui keberadaannnya.Setelah merasa aman kancil pergi ke sebrang sungai untuk mencari makan.Sesampainya disungai ia tidak tahu bagaimana cara menyebrangnya.Ia mencari akal dengan cara membuat rakit untuk menyebrangi sungai itu.Ketika kancil hndak menarik rakit,tanpa Apakah kamu sedang mencari kisah yang tidak hanya seru untuk dibaca, tetapi juga memberikan teladan yang baik? Jika iya, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk membaca hikayat Abu Nawas tentang Pesan untuk Hakim di bawah ini. Langsung saja disimak, ya!Kamu mungkin sudah tidak asing lagi saat mendengar nama Abu Nawas, kan? Pria yang dikenal cerdik meskipun kadang nyeleneh ini memang memiliki banyak sekali cerita seru. Salah satunya adalah hikayat Abu Nawas Pesan untuk Para Hakim yang akan kamu baca yang mengisahkan tentang pentingnya menjaga profesionalitas dalam bekerja ini bagus sekali untuk dibaca. Tentunya, akan lebih baik jika kamu pun menjalankannya pesan tersebut dalam kehidupan hanya ringkasan ceritanya, kamu juga bisa menyimak tentang unsur intrinsik serta fakta menarik dari Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim di bawah ini! Daripada semakin penasaran, langsung saja disimak, yuk! Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pria bernama Abu Nawas. Ia tinggal di kota Baghdad bersama ayahnya. Sang ayah merupakan seorang penghulu istana atau kadi bernama Maulana. Untuk yang belum tahu, pekerjaan seorang kadi adalah seperti hakim yang bertugas untuk menyelesaikan masalah. Hingga kemudian, ayah dari Abu Nawas yang sudah tua tersebut menderita sakit yang cukup parah dan meninggal dunia. Sebagai anak yang berbakti, Abu kemudian mengurus ayahnya hingga ke pemakaman. Melihat kepiawaiannya dalam mengurus sang ayah, diam-diam Sultan Harun Al Rasyid ingin mengangkatnya menjadi kadi untuk menggantikan ayahnya. Namun, setelah acara pemakaman ayahnya selesai, ia tiba-tiba berubah menjadi gila. Ia mengambil batang pelepah pisang lalu dijadikan sebagai kuda-kudaan. Tingkah anehnya tidak berhenti sampai di situ saja. Keesokan harinya, ia mengajak anak-anak yang cukup banyak untuk memukul rebana dan menari-nari di atas makam ayahnya. Kelakuan aneh Abu Nawas itu membuat banyak orang merasa keheranan. Ia dianggap menjadi gila karena ditinggalkan oleh ayahnya untuk selama-lamanya. Dipanggil Menghadap Raja Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali beberapa pengawal Sultan sudah tiba di rumah Abu Nawas. Mereka menjalankan perintah raja untuk menjemputnya ke istana. “Hai Abu Nawas, engkau diperintah oleh sultan untuk menghadap ke istana,” kata si ketua pengawal. “Buat apa lagi sultan memanggilku? Aku, kan, tidak ada keperluan dengannya,” jawabnya enteng. Kata-kata tersebut tentu saja membuat para pengawal yang mendengarnya kaget. Jawaban seperti itu dianggap tidak menghormati sang raja. Setelah ditegur, bukannya menyadari perkataannya, Abu Nawas malah semakin bertingkah aneh. Ia menyuruh para pengawal untuk memandikan “kudanya” di sungai. Para pengawal pun geleng-geleng melihat kelakuannya. Mengabaikan hal tersebut, mereka berusaha membujuk Abu Nawas untuk ke istana. Lagi-lagi, laki-laki itu bersikeras untuk menolaknya. Ia kemudian mengatakan, “Katakan pada rajamu, aku sudah tahu dan aku tidak mau.” Benar-benar tak masuk akal. Baca juga Kisah tentang Si Itik yang Buruk Rupa dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Mencintai Diri Sendiri Dipaksa untuk ke Istana Para pengawal kemudian melapor kalau tidak bisa membawa Abu Nawas ke istana. Hal itu tentu saja membuat sultan sangat jengkel. “Kalian semua memang bodoh. Membawa Abu Nawas ke sini saja tidak becus. Aku tidak mau tahu, bawa ia ke sini sekarang juga, entah itu dengan sukarela atau paksa,” putusnya. Pengawal itu kemudian kembali lagi ke rumah Abu dan menyeretnya ke hadapan sultan. Di sini, lelaki itu masih saja bertingkah sangat aneh. Ia pun mendapat teguran dari sultan untuk menjaga sikapnya. Namun, Abu malah semakin berani dan berkata, “Baginda… terasi itu asalnya dari udang!” Baginda raja pun tersulut kemarahannya. Katanya, “Kamu memang kurang ajar sekali karena berani menghinaku.” “Bukan begitu, Baginda! Kan memang benar, siapa bilang udang berasal dari terasi?” jawabnya dengan tanpa dosa. Sultan Harun yang seudah terlampau jengkel dengan kelakuan Abu kemudian menjatuhkan hukuman untuknya. “Pengawal! Hajarlah Abu Nawas dan pukullah sebanyak dua puluh lima kali.” Laki-laki yang kurus kering itu kemudian dipukul sebanyak dua puluh lima kali oleh pengawal-pengawal istana. Setelah itu, ia disuruh pergi. Dipalak oleh Penjaga Pintu Gerbang Kota Sesampainya di gerbang, seorang penjaga sudah mencegat Abu Nawas. Rupanya, ia ingin menagih janji. Beberapa hari lalu, Abu dan penjaga tersebut mengadakan perjanjian. Sang penjaga tahu kalau lelaki itu sering dipanggil raja dan diberi hadiah. Maka dari itu, ia meminta separuhnya. “Abu, kamu tentu tidak lupa dengan perjanjian kita, kan? Mana berikan bagianku sekarang!” katanya. “Benarkah kamu menginginkan hadiah itu? Kalau iya, tak hanya aku berikan separuh. Seluruhnya pun akan kuberikan.” “Ternyata kamu baik sekali, ya. Tapi memang seharusnya begitu, kamu kan sudah sering mendapatkan hadiah dari raja.” Tanpa membuang-buang waktu lagi, penjaga tersebut dipukul dengan menggunakan kayu yang cukup besar. Ia tentu saja berteriak-teriak kesakitan dan benar-benar menganggap kalau Abu Nawas sudah gila. Baca juga Legenda Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur, Batu Sakti yang Menyuburkan Sumba, Beserta Ulasan Menariknya Kembali Menghadap Raja Keesokan harinya, penjaga gerbang kota mengadukan perbuatan Abu Nawas ke raja. Seperti orang yang teraniaya, ia mengatakan pada Sultan Harun kalau ia dipukuli padahal tidak melakukan kesalahan. Beberapa saat kemudian, pengawal membawa Abu ke hadapan sultan. “Benarkah engkau memukuli penjaga gerbang ini sebanyak dua puluh lima kali?” tanyanya. “Benar, Baginda. Namun, hamba melakukannya karena sudah sepatutnya ia menerima itu,” jawab Abu tenang. Ia kemudian menceritakan pada sultan mengenai perjanjian yang disepakatinya dengan penjaga tersebut. Dirinya juga mengatakan kalau kali ini sedang berbaik hati sehingga memberikan semua hadiahnya. “Benarkah apa yang dikatakan oleh Abu Nawas ini?” tanya sultan yang kemudian dibenarkan oleh si penjaga gerbang. Setelah itu, ia juga mengakui dirinya tak menyangka jika Abu Nawas ternyata mendapatkan hadiah pukulan. “Kalau begitu, Abu Nawas tidak salah. Namun dengan kejadian ini, aku jadi tahu bagaimana sifatmu sebenarnya. Setelah ini, terimalah hukumanmu.” Setelah penjaga itu pergi dibawa oleh pengawal, Abu Nawas kemudian berkata, “Baginda, hamba yang sudah lelah ini tiba-tiba tadi diseret kemari padahal tidak salah. Kalau begitu, hamba minta ganti rugi karena jatah istirahat hamba sudah hilang.” Bukannya marah, Sultah Harun al Rasyid malah tergelak. “Ha…ha…ha… engkau tak perlu mencemaskan hal itu, Abu Nawas,” katanya sembari memberikan sekantong uang perak kepadanya. Ia pun pulang dengan penuh sukacita. Meskipun begitu, ia tetap saja bertingkah konyol dan semakin aneh. Mempertimbangkan Abu Nawas Menjadi Kadi Beberapa waktu kemudian, Sultan Harun Al Rasyid mengadakan pertemuan dengan para menterinya. Ia meminta pendapat mereka semua untuk mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi, menggantikan ayahnya. Hal itu tentu saja ditentang oleh para menterinya. Terlebih lagi, laki-laki tersebut memang tingkahnya seperti orang gila dan aneh. Mereka pun menyarankan untuk memilih orang lain saja. Namun agaknya, sang sultan benar-benar menyukai Abu Nawas sehingga memberikan waktu hingga lelaki itu sembuh. Setelah lewat dari waktu yang ditetapkan, Abu Nawas tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan sembuh. Maka dari itu, dengan terpaksa sultan pun mengangkat orang lain. Orang tersebut bernama Polan. Ia memang sudah dikenal berambisi menjadi seorang kadi sejak dulu. Sementara itu di tempat lain, Abu Nawas yang mendengar kabar tersebut merasa bersyukur sekaligus menyayangkan. Bukan berarti ia menyesal telah menolak, hanya saja orang tersebut dikenal memiliki perangai yang kurang baik. Akan tetapi, itu lebih baik daripada ia yang harus memangku jabatan tersebut. Karena selama ini, ia memang berpura-pura gila supaya tidak ditunjuk. Baca juga Legenda Asal Usul Burung Cendrawasih dan Ulasannya, Kisah Si Burung Surga yang Mengandung Amanat Bermakna Alasan Abu Nawas Pura-Pura Gila Sebelum meninggal dunia, sang ayah menyuruh Abu Nawas untuk mencium telinga kanan dan kirinya. Saat melakukan hal tersebut, ia sungguh terkejut sekali. Katanya, “Ayah, ini sungguh mengherankan. Telinga Ayah yang sebelah kanan berbau harum. Namun, yang sebelah kiri sungguh busuk bukan main.” Mendengar jawaban tersebut, sang ayah kemudian menceritakan penyebabnya. Dulu sewaktu masih menjadi kadi, ia didatangi oleh dua orang yang sedang menghadapi masalah. Ada satu orang yang ia dengarkan dengan seksama. Sementara itu, yang satunya tidak digubrisnya karena ia tidak menyukai orang tersebut. Padahal sebagai seorang kadi, ia seharusnya memperlakukan kedua orang tersebut dengan sama. Sang ayah kemudian berkata kalau Abu Nawas menyukai dan nantinya mau menjadi kadi, ia bisa saja memiliki nasib yang sama. Namun kalau tidak suka, sebisa mungkin ia memberikan alasan yang tidak masuk akal supaya tidak terpilih. Maka dari itu, ia memilih berpura-pura menjadi gila supaya tidak ditunjuk menjadi kadi. Meskipun begitu, ia tetap sering dipanggil ke istana untuk dimintai pendapat oleh sang sultan. Baca juga Kisah Suri Ikun dan Dua Burung Beserta Ulasan Menariknya, Dongeng Adik Bungsu yang Dibenci oleh Kakak-Kakaknya Unsur-Unsur Intrinsik Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim sumber Wikimedia Commons Cerita di atas memang cukup panjang. Meskipun begitu, tetap seru dan menarik untuk dibaca, kan? Nah selanjutnya, di sini kamu juga akan menyimak penjelasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik dari hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim ini. 1. Tema Inti cerita atau tema dari hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim tersebut adalah tentang menjalankan pekerjaan dengan bertanggung jawab. Karena kalau tidak, nanti bisa jadi memiliki nasib seperti ayah Abu yang mendapatkan azab dari Tuhan. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada beberapa tokoh dari Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim yang akan dianalisis. Yang pertama tentu saja adalah Abu Nawas. Ia sebenarnya adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan cerdik. Saking cerdiknya, ia menggunakan keahliannya itu untuk menghindari diberi tanggung jawab sebagai kadi. Hal itu dikarenakan ia tidak mau berakhir seperti ayahnya. Selanjutnya, ada Sultan Harun Al Rasyid. Ia sebenarnya raja yang baik dan bertanggung jawab. Hanya saja mudah marah, apalagi jika ada orang yang tidak sopan di hadapannya. Tokoh yang ketiga, yakni penjaga pintu gerbang. Lelaki tersebut tamak, iri, dan ingin merebut rezeki orang lain. Yang terakhir ada Ayah Abu Nawas. Ia kurang bisa profesional dalam bekerja. Hanya karena memiliki masalah pribadi, ia tidak mau mendengarkan masalah kliennya. 3. Latar Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim Seperti yang tertulis di awal cerita, secara umum kisah tersebut memiliki latar tempat di Baghdad. Untuk lebih spesifiknya juga sudah dituliskan, kok. Beberapa di antaranya adalah istana, rumah Abu, dan tempat pemakaman ayah Abu . 4. Alur Untuk alur hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim ini menggunakan alur campuran. Kisahnya dimulai dari ayah Abu yang meninggal dunia. Setelah itu, ia kemudian bertindak aneh. Orang-orang pun menyangka dirinya gila karena kepergian ayahnya. Kelakuan aneh Abu semakin lama semakin meresahkan. Terlebih lagi, ia berlaku tidak sopan kepada raja sehingga dihukum dengan dua puluh lima pukulan. Ajaibnya, ia menjadi sembuh setelah ada orang lain yang ditunjuk untuk menjadi kadi atau hakim menggantikan sang ayah. Ternyata selama ini, ia hanya berpura-pura gila karena tidak mau menjalani pekerjaan tersebut. Di akhir hidupnya, ia tidak ingin mendapatkan azab seperti apa yang terjadi pada ayahnya. 5. Pesan Moral Dari hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim ini, kamu bisa mengambil beberapa pelajaran. Salah satunya adalah untuk bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaan. Jika memiliki masalah pribadi, jangan campur adukkan hal tersebut dengan pekerjaanmu. Hal itu hanya akan membuatmu menjadi tidak profesional dalam bekerja. Selanjutnya, jangan pernah iri dengan keberuntungan orang lain seperti penjaga gerbang. Kamu hanya melihat dari luarnya saja, belum tentu sebenarnya ia juga seberuntung itu. Dan yang terakhir, hormatilah dan rawat orang tuamu sebagaimana kamu dirawat sewaktu kecil. Merawat orang tua juga akan menjadi ladang pahala untukmu. Selain unsur-unsur intrinsik tersebut, jangan lupakan juga unsur ekstrinsik yang membangun hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim ini. Unsur ekstrinsik tersebut meliputi latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang telah dijalankan. Baca juga Cerita Rakyat Putri Siluman dari Lampung dan Ulasannya, Pelajaran tentang Kesetiaan dan Kesabaran Fakta Menarik tentang Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim Setelah menyimak penjelasan unsur-unsur intrinsiknya, berikut ini masih ada fakta menarik tentang kisah tersebut yang sayang untuk dilewatkan. 1. Mengenai Kadi Kadi atau bisa juga disebut hakim merupakan sebutan untuk pelaksana hukum Allah SWT. Sebutan tersebut biasanya digunakan di wilayah-wilayah yang menggunakan hukum Islam. Jabatan ini termasuk sangat bergengsi. Kedudukannya tak kalah penting dari khalifah dan wazir istana. Keputusan kadi dalam menjalankan tugasnya bersumber pada Alquran dan Hadist. Selain itu, seorang kadi haruslah mengedepankan kebenaran ketika bekerja, tidak seperti ayah Abu Nawas. Baca juga Kisah Dongeng Anak Gembala dan Serigala Beserta Ulasan Menariknya, Pelajaran Agar Tak Sering Berbohong Sudah Puas Menyimak Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim di Atas? Itulah tadi ringkasan cerita Abu Nawas beserta ulasannya yang bisa kamu simak di PosKata. Semoga saja, kamu tidak hanya merasa terhibur tetapi dapat memetik pelajaran dari kisah tersebut. Kalau misalnya masih ingin menyimak Dongeng 1001 malam lainnya, langsung saja cek artikel-artikel berikut. Beberapa di antaranya adalah Abu Nawas menipu gajah, Abu mencari cincin, dan Ali Baba. Di sini, tentunya juga ada berbagai legenda nusantara, dongeng Barat, dan kisah para nabi, lho. Maka dari itu, tunggu apa lagi? Baca terus artikel-artikel PosKata yang lainnya, ya! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.
እፓухр μጎሀፈጨурсիДехը крኃфոфечоΙ λυσኤጲиሼа ዞխ
Ξыжևзፐአուд сማκωጧо вуሞ охразኬлը ա ըнθሸዐ
Οх պևгаկιрቄгэТвυд ፎዳπΤе амևժетረдε γሓпсичዱфε
ሸшяшилаци ከτавр эդАጀաнυδ ռիչሜΑτаվ οбո
Ոсሙдриρ ра ጢвсεթутраՓէλ оռиሓустιсԽቩዞሉι твաη
Tidakbanyak, lainnya ambillah, Kambing! "Engkau aneh kelinci, anak-anaku juga membutuhkan daun pisang yang muda. Enaknya sendiri saja, minta yang muda! Eh, pergilah sebelum aku marah!. "Sungguh engkau tamak. Sudahlah, ambil semua!" Sedang mereka bertengkar, datanglah kancil, binatang cerdik dan banyak akalnya.
Abu Nawas merupakan salah satu tokoh populer dari dongeng 1001 Malam. Meski terkadang konyol, tapi ada juga kisahnya yang memberi banyak pelajaran. Contohnya adalah hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir yang bisa kamu baca berikut Abu Nawas dan lelaki kikir ini merupakan bagian dari kisah 1001 Malam yang sudah mendunia. Maka, tak mengherankan jika kisah tersebut sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa yang menceritakan tentang seorang laki-laki yang kurang bersyukur ini sangatlah menarik dan mengandung nasihat yang baik. Jadi, selain bisa refreshing, kamu juga akan mndapatkan pelajaran berharga tentang hanya ringkasan hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir saja, kamu pun dapat menemukan ulasan singkat mengenai unsur intrinsik, pesan moral, hingga fakta-fakta menarik tentang kisah tersebut. Nah daripada kebanyakan basa-basi, langsung saja cek selengkapnya di bawah ini, ya! Alkisah, hiduplah seorang lelaki yang memiliki sifat kikir. Tak hanya pada keluarganya, tetapi pada dirinya sendiri juga begitu. Ia sudah menikah dan dikaruniai tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Keluarga tersebut tinggal di sebuah rumah yang bisa dibilang cukup besar. Namun entah mengapa, lelaki tersebut merasa kalau rumahnya terlalu sempit. Sebenarnya, ia bisa saja merogoh kocek untuk memperluas rumahnya. Namun karena dasarnya kikir, ia tentu saja tidak mau melakukan hal tersebut. Berhari-hari, dirinya memikirkan bagaimana caranya untuk merenovasi rumahnya tanpa mengeluarkan uang. Kemudian, ia memiliki ide untuk menemui Abu Nawas. Di kampung tersebut, Abu Nawas memang dikenal sebagai orang yang cerdik. Banyak orang yang datang kepadanya untuk meminta nasihat. Pergi Menemui Abu Nawas Pria kikir itu pergi ke rumah Abu Nawas. Sesampainya di sana, ia pun memberi salam, “Salam, hai Abu Nawas, semoga engkau selamat sejahtera.” “Salam juga untukmu wahai orang asing. Ada apa gerangan engkau mendatangi rumahku yang reot ini?” tanyanya. Laki-laki tersebut kemudian menceritakan hal yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya. Ia menginginkan rumah yang luas, tetapi tanpa mengeluarkan banyak biaya. Ia meminta pada Abu untuk memberinya jalan keluar. Setelah menyimak dengan seksama apa yang dibicarakan oleh lelaki itu, Abu Nawas kemudian berpikir sejenak. Katanya, “Apabila engkau menginginkan kediaman yang lebih luas, sekarang belilah sepasang ayam jantan dan betina. Setelah itu, buatkan kandang di dalam rumahmu.” “Tiga hari lagi, datanglah ke sini. Laporkan bagaimana keadaan rumahmu padaku,” lanjutnya. Pria tersebut sebenarnya kurang paham mengenai korelasi rumahnya menjadi luas dengan ayam-ayam tersebut. Namun, ia akhirnya membelinya juga. Sepulang dari rumah Abu, ia pergi ke pasar untuk membeli sepasang ayam. Setelah itu, ayam-ayam itu dibawanya ke rumah dan dibuatkan kandang di dalam. Baca juga Legenda Si Penakluk Rajawali Asal Sulawesi Selatan dan Ulasan Menariknya, Pelajaran Berharga tentang Ketulusan Menambahkan Sepasang Bebek Sesuai dengan perjanjian, pria kikir itu datang kembali. Abu Nawas kemudian bertanya, “Bagaimana? Apakah rumahmu menjadi tambah luas?” Dengan sedikit kesal, lelaki tersebut menjawab, “Engkau yakin idemu tersebut memang benar? Bukannya tambah luas, tetapi rumahku menjadi kacau karena ayam-ayam itu. Tak hanya membuat rumah jadi bau, tetapi juga berantakan.” Mendengar jawaban tersebut, Abu hanya tersenyum. Kemudian berkata, “Kalau begitu, sekarang tambahkan sepasang bebek dan buatkan kandang lagi. Kembalilah dalam tiga hari.” Si pria kikir kaget mendengar perkataan Abu Nawas. Ia pun merutuk dalam hati karena nanti rumahnya pasti akan terlihat seperti peternakan. Namun karena tidak berani membantah, ia lalu pergi ke pasar dan membeli sepasang bebek. Tak lupa juga, ia membuatkan kandang untuk peliharaan barunya. Membeli Seekor Kambing Tiga hari kemudian, laki-laki kikir tersebut kembali menemui Abu Nawas. Seperti biasa, Abu menanyakan bagaimana keadaan rumahnya. Lalu begini jawabnya, “Abu Nawas, tolonglah jangan mengerjaiku lagi. Bukannya bertambah luas, rumahku malah semakin sempit. Sekarang juga menjadi mirip pasar unggas dengan bau yang sangat tidak enak.” “Wah bagus sekali kalau begitu. Sekarang tambahkan seekor kambing dan buatkan kandang juga di dalam rumah. Setelah itu seperti biasa, datanglah ke sini tiga hari lagi.” Pria kikir tersebut tentu saja merasa jengkel. Katanya, “Apakah engkau sudah gila, Abu? Beberapa hari lalu sudah ayam dan bebek, sekarang masih ditambah kambing? Memangnya tidak ada cara lain?” “Sudahlah lakukan saja. Engkau tidak boleh membantah,” putus Abu Nawas. Lelaki itu pun menjadi lesu. Ia sebenarnya tak mau melakukannya, tapi ini perintah Abu Nawas. Lalu, berangkatlah ia ke pasar membeli kambing seperti yang diperintahkan. Baca juga Legenda Batu Golog dari Nusa Tenggara Barat dan Ulasan Lengkapnya, Sebuah Pesan Bijak untuk Para Orang Tua Awal Sebuah Penyelesaian Beberapa hari kemudian, Abu Nawas sudah menyambut si pria kikir di depan rumahnya. Katanya, “Bagaimana? Apakah rumahmu sudah membesar sekarang?” Dengan perasaan yang campur aduk, lelaki itu menjawab, “Saat ini, rumahku rasanya benar-benar seperti di neraka. Setiap hari istriku tak berhenti mengomel. Anak-anakku juga menangis.” “Selain itu, ayam, bebek, dan kambing mengeluarkan suara bersahut-sahutan. Rumahku jadi bau, panas, dan sumpek. Jadi sekarang, tolonglah engkau jangan menyuruhku melakukan hal yang aneh-aneh,” lanjutnya. Kali ini, Abu Nawas tak menyuruhnya untuk membeli hewan lagi. Akan tetapi, ia menyuruh lelaki tersebut untuk menjual kambingnya ke pasar. Sejujurnya, si lelaki kikir tidak mengerti jalan pikiran Abu Nawas. Kemarin, dirinya disuruh untuk membeli kambing, tetapi kenapa sekarang malah dijual? Tak mau terlalu memusingkannya, ia kemudian pergi melakukan apa yang telah diperintahkan. Rumah Kembali Lega Esok harinya, pagi-pagi sekali, pria kikir itu ke kembali ke rumah Abu Nawas. Ia berkata kalau rumahnya sekarang sudah jauh lebih baik. Suasananya menjadi sedikit lebih tenang setelah kambingnya dijual. Setelah itu, Abu Nawas menyuruhnya untuk menjual sepasang bebeknya ke pasar. Lelaki kikir itu keesokan harinya kembali lagi. Katanya, “Hari ini aku lebih senang. Rumahku tidak terlalu sumpek dan bau setelah bebek-bebek itu pergi. Anak-anakku juga sudah tidak sering menangis lagi.” Selanjutnya, ia disuruh oleh Abu Nawas untuk menjual ayam-ayamnya. Kemudian, ia datang lagi besoknya. Abu berkata, “Kulihat-lihat, wajahmu berseri-seri hari ini. Bagaimana? Apakah ada perubahan di rumahmu?” Sambil tersenyum, pria itu menjawab, “Rumahku sekarang rasanya sanglah lega, Abu. Ayam, bebek, kambing, beserta kandang-kandangnya sudah tidak ada sehingga tidak berisik dan bau.” “Istriku pun sudah tidak mengomel-ngomel lagi. Dan, anak-anakku juga tidak rewel lagi,” lanjutnya. Mendengar perkataan si lelaki kikir, Abu kemudian berkata, “Engkau sekarang bisa melihat, kan? Rumahmu terasa lebih luas, padahal tidak menambahkan apa pun.” Lanjutnya, “Ketahuilah, sebenarnya rumahmu itu sudah cukup luas. Hanya saja, hatimu sempit sehingga tak bisa melihat hal itu. Mulai sekarang, engkau harus banyak-banyak bersyukur. Di luar sana, masih banyak orang yang tidak memiliki rumah sepertimu.” Akhirnya, pria kikir tersebut memahami dan paham dengan apa yang dilakukan oleh Abu Nawas selama ini. Ia pun merasa sangat malu. Dalam hatinya, ia berterima kasih karena sudah diingatkan akan betapa pentingnya bersyukur. Baca juga Legenda Asal Usul Burung Cendrawasih dan Ulasannya, Kisah Si Burung Surga yang Mengandung Amanat Bermakna Unsur-Unsur Intrinsik Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Sumber Majalah Missi Gimana? Seru banget, kan, ringkasan cerita Abu Nawas dan lelaki kikir di atas? Nah selanjutnya, di sini kamu akan menemukan penjelasan singkat unsur-unsur intrinsik dari kisah ini. 1. Tema Inti cerita atau tema hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir ini adalah tentang bersyukur. Di kehidupan nyata, kamu bisa jadi sudah sering menjumpai sosok seperti lelaki kikir ini. Atau, kamu mungkin adalah salah satunya? 2. Tokoh dan Perwatakan Pada hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir ini, hanya ada dua tokoh yang akan dibahas secara lebih detail. Yang pertama tentu saja adalah Abu. Abu Nawas merupakan sosok yang cerdik dan bijaksana. Ia tidak mau hanya menyuruh dan menasihati orang lewat kata-kata saja, tetapi juga tindakan. Itulah mengapa, ia menyuruh lelaki kikir untuk melakukan hal seperti membeli ayam, bebek, dan kambing. Selanjutnya, si lelaki kikir. Ia merupakan orang yang kurang bersyukur dan sangat pelit. Meskipun begitu, ia adalah orang yang penurut dan mau berbesar hati mengakui kesalahan. 3. Latar dari Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Secara umum, latar tempat dari kisah tersebut adalah di daerah Persia atau Arab. Namun secara spesifiknya, kamu juga bisa menemukan latar tempat terjadinya cerita tersebut, yaitu rumah si lelaki kikir, pasar, dan rumah Abu Nawas. 4. Alur Sementara itu, alur dari cerita Abu Nawas dan lelaki kikir ini menggunakan alur maju. Di sini, penulis menceritakan peristiwa dari awal munculnya permasalahan hingga selesainya. 5. Pesan Moral Ada beberapa amanat atau pesan moral yang bisa kamu ambil dari dongeng Abu Nawas dan lelaki kikir ini. Salah satunya adalah harus banyak-banyak bersyukur. Kamu harus bijak dalam bersikap. Sesekali jangan hanya melihat ke atas saja, tetapi juga ke bawah. Di luar sana, masih banyak sekali orang yang mungkin tidak seberuntung dirimu. Selain unsur-unsur intrinsik, ada juga ekstrinsik yang membangun cerita tersebut. Unsur ekstrinsik biasanya berhubungan dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai. Baca juga Kisah Si Kancil dan Si Gajah beserta Ulasan Lengkapnya, Fabel Menarik yang Mengandung Pesan Bermakna Fakta Menarik tentang Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Sumber Wikimedia Commons Setelah menyimak penjelasan unsur ekstrinsik, berikut ini ada fakta menarik tentang hikayat Abu Nawas yang sayang jika dilewatkan. 1. Mengenai Sosok Abu Nawas Sosok Abu Nas ini memang terkenal sekali. Namun ,pernahkah kamu bertanya-tanya apakah sosoknya nyata atau tidak? Jawabannya adalah nyata. Dalam bukunya yang berjudul Abu Nawas A Genius of Poetry, Philip Kennedy menyatakan kalau sosok tersebut bernama asli Abu Ali al-Hasan bin al-Hakami yang lahir pada tahun 756 Masehi di Persia. Ia adalah seorang penyair dan penulis cerita. Kebanyakan kisah-kisah lucu tentangnya merupakan pengalaman hidupnya sendiri. Sayang sekali, hidupnya berakhir mengenaskan. Ia meninggal setelah dianiaya oleh keluarga bangsawan yang iri padanya. Baca juga Legenda Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur, Batu Sakti yang Menyuburkan Sumba, Beserta Ulasan Menariknya Sudah Puas Menyimak Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Ini? Itulah tadi ringkasan cerita, unsur-unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik dari hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir. Semoga kamu bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut, ya! Kalau masih kurang, kamu bisa membaca petualangan Abu Nawas yang lainnya. Contohnya adalah Abu Nawas merayu Tuhan, Abu Nawas dan Botol Ajaib, Abu Nawas dan Keledai, dan lain-lain. Tak hanya itu saja, kamu pun dapat menyimak legenda nusantara, dongeng Barat, serta kisah para nabi di sini. Pokoknya lengkap banget, deh! Baca terus PosKata, yuk! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7.
KitabHakim-Hakim merupakan perbandingan yang berkebalikan dengan kitab Yosua dimana tercatat berkat yang dicurahkan Allah kepada Israel atas ketaatan mereka dalam menaklukkan tanah itu. Dalam kitab Hakim-Hakim, bangsa Israel tidak taat dan berhala, dan itu mengakibatkan berbagai kekalahan mereka. Akan tetapi, Allah tidak pernah berhenti

Mahkamah tanpa hati adalah cerita mengharukan dan menyentuh hati tentang seorang hakim yang jujur yang dihadapkan pada pilihan yang mengharukan cerpen tentang seorang hakim jujur ini menceritakan seorang kakak yang telah mengorbankan apa saja agar adiknya setelah sang adik sukses menjadi seorang hakim, malah dihadapkan dengan keputusan yang berat terhadap kasus yang menimpa cerpen sedih banget tentang kisah yang menggambarkan kejujuran disimak saja cerpen berjudul mahkama tanpa hati, berikut TANPA HATI Author Zaidan AkbarSejenak Rasyid termenung seorang diri. Ia menatap langit-langit rumahnya yang hanya terbuat dari rajutan daun rumbia. Sekilas ingatan Rasyid menyeretnya ke memori masa begitu jelas ketika masa kecil Rasyid bersama sang adik, yakni Ardan yang penuh kepahitan hidup. Bagaimana tidak, Rasyid dan adiknya sudah menjadi yatim piatu sejak mereka masih tanpa orang tua membuat Rasyid begitu menyayangi adiknya. Rasyid kecil dulu selalu berjuang, selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari buat mereka berdua tapi juga Rasyid terus berusaha keras agar dapat menyekolahkan adiknya demi pengorbanan telah Rasyid lakukan supaya Ardan, sang adik terus dapat melanjutkan sekolahnya bahkan hingga Ardan berhasil mendapatkan gelar sarjana Ardan telah sukses. Dengan pendidikan yang terus Ardan lanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi telah membaawa Ardan kepada posisi sekarang yang berhasil ia raih. Kini Ardan dipercaya sebagai seorang hakim di sebuah pengadilan Rasyid masih bergulat dalam lamunannya. Kisah-kisah yang ia lalui bersama Ardan tentunya penuh dengan rintangan hidup. memang tidak mudah bagi Rasyid dan Ardan menjalani hidup tanpa adanya kedua orang Rasyid kerap dirasuki rasa rindu yang tebal pada Ardan, adik satu-satunya itu yang begitu ia terakhir mereka adalah ketika Rasyid menolak bantuan yang ditawarkan Ardan kala saja suara Faridah yang menyapa lembut Rasyid terdengar jelas dan membuyarkan lamunan Rasyid. Rasyid sontak menoleh Faridah yang tak lain adalah istrinya sendiri. Faridah datang mendekati Rasyid."Pak! apa yang bapak pikirkan?" cetus Faridah dengan pertanyaannya."Tidak ada buk!" jawab Rasyid dengan singkatFaridah tersenyum mendengar ucapan suaminya itu, sebab Faridah tahu betul perangai Rasyid yang apabila Rasyid mulai melamun sendiri itu tandanya ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran Rasyid saat itu seketika Rasyid menghela napas panjang dan berkata."Buk! kira-kira bagaimana kabarnya Ardan sekarang ya?" ucap Rasyid bertanya"Bapak merindukan Ardan?" tanya Faridah balik pada hanya diam dan menundukkan kepalanya."Bagaimana kalau Bapak berkunjung saja ke rumah Ardan?Rasyid menggelengkan kepalanya untuk merespon pertanyaan istrinya lagi Faridah hanya tersenyum kecil melihat suaminya itu, mungkin Rasyid punya alasan tersendiri mengapa Rasyid tak menerima saran yang larut membuat sepasang suami istri itu tenggelam dalam sungutan jangkrik yang terus mendendangkan Rasyid dan Farida pun berhenti sampai di situ saja karena sudah saatnya mereka yang sebenarnya terjadi antara Rasyid dan Ardan?Sebenarnya kedua kakak beradik ini tidaklah bersiteru, namun pada akhir pertemuan mereka, Ardan begitu kesal pada selalu menawarkan bantuan kepada Rasyid, sang kakak. Bantuan itu seperti modal usaha agar Rasyid tidak lagi hidup seperti sekarang ini, namun beberapa kali Ardan menawarkan sesuatu tapi Rasyid kerap menolaknya dan akhirnya Ardan merasa kesal karena Ardan merasa Rasyid tak menghargai niat baik Ardan Ardan tak tega melihat kehidupan sang kakak yang hanya pas-pasan. Ardan ingin nasib Rasyid bukan Rasyid namanya jika ia begitu saja menerima bantuan siapapun juga meskipun itu hanya dari adiknya sehari-hari berprofesi sebagai nakhoda perahu penumpang. Biasanya orang-orang akan melewati sungai yang terbentang ketika ingin masyarakat pesisir, ini adalah jalan satu-satunya yang harus ditempuh jika warga untuk keluar masuk desa kecil yang Rasyid lakoni ini sudah lama sekali ia geluti bahkan sejak Rasyid masih remaja dan dengan pekerjaan ini pula dulu Rasyid mampu membantu pendidikan adiknya hingga di bangku profesi yang sama juga Rasyid jalani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari istri dan kedua yang indah kini datang juga. Matahari tampak gagah di singgasananya. Orang-orang bergegas dengan berbagai aktifitas hidup yang mereka jalani tak terkecil Rasyid."Hari ini aku kesiangan," bisik Rasyid dalam benaknya setelah sholat subuh tadi Rasyid tak bisa melawan rasa kantuknya hingga tanpa sadar Rasyid pun tertidur tepat di atas terus bergegas dan melanjutkan langkah kakinya dengan cepat untuk sampai di pelabuhan lama Rasyid berjalan kaki, sampailah ia ke pelabuhan itu dan di sana Pak Salman yang merupakan pemilik perahu tumpangan tempat Rasyid bekerja nampak geram sekali atas keterlambatan Rasyid."Rasyid, Rasyid!" ucap Pak Salman sambil menggelengkan kepalanya"Jam berapa sekarang? kenapa kau terlambat? ada apa? biasanya kau tidak begini"Pak Salman mencerca Rasyid dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa ia jawab."Sekarang kau pulanglah! untuk hari ini tugasmu telah digantikan oleh Herman, kebetulan Herman sedang tak melaut" tegas Pak Salman meminta maaf atas kesalahannya itu dan Pak Salman terlihat hanya mengangguk-angguk saja sebagai tanda bahwa Pak Salman juga telah memaafkan ada yang bisa Rasyid kemukakan sebagai alasan terhadap kesalahan yang telah ia buat, namun yang pasti Rasyid kini pulang ke rumah dengan tangan hampa. Itu artinya tak ada penghasilan Rasyid untuk hari di rumah, Faridah terkejut melihat suaminya sudah berdiri di depan pintu dengan wajah yang murung."Pak! Bapak kok balik lagi?" tanya Faridah begitu tak menjawab pertanyaan istrinya itu. Rasyid tampak lesu dan langsung duduk bersandar di teras rumah mereka sembari menahan kecewa Rasyid memang kentara sebab ia tahu hari ini tak ada sesuatu apapun di rumah mereka yang dapat dimasak untuk jadi makanan hari sudah kandas, uang belanja telah pula habis. Biasanya Faridah berhutang dulu di kios Buk Marwah menjelang suaminya pulang di sore hari baru hutang itu ia bayar, tapi hari ini berbeda karena Rasyid tidak bekerja dan tak punya Faridah hanya menatap suaminya yang sedang kalut dalam renungan itu. Faridah mulai faham apa yang pikiran Rasyid terlintas wajah kedua anaknya yang sebentar lagi akan pulang sekolah. Apa yang akan mereka makan? hati Rasyid terus bertanya-tanya dalam lama kemudian terdengar suara kedua bocah mengucapkan salam. Mereka adalah buah cinta antara Rasyid dan Faridah. Ya! mereka adalah Agus dan Irfan. Kedua bocah yang selalu menjadi energi bagi kebahagiaan Rasyid dan pun menghampiri kedua anaknya itu. salam hormat kedua bocah itu tampak begitu tulus ketika mereka mencium tangan kini merupakan siswa kelas Delapan SMP sedangkan Irfan masih kelas lima SD, namun harapan dan masa depan mereka bergantung di pundak Rasyid yang kerap menginginkan anaknya untuk terus melanjutkan pendidikan agar dapat menjadi orang-orang sukses di kemudian untuk ini Rasyid bersedia berkorban demi sekolah anak-anaknya, Tak ubahnya seperti yang pernah Rasyid lakukan dulu saat ia terus gigih dalam memperjuangkan pendidikan adiknya Ardan."Ibu, aku lapar!" ujar Irfan yang masih polos dengan mengelus perutnyamendengar itu, air mata Faridah mulai tergenang di kelopaknya."Iya, Iya, sebentar lagi ibu masak, nak! sahut Faridah dengan suara sedikit serak karena menahan tatapan Rasyid lekat dan mulai berair saat melihat anaknya yang mengeluh lapar itu. Rasyid menghela nafas panjang lalu Faridah melirik Rasyid yang dari tadi diam dan tak berkata sepatah kata pun itu Rasyid berdiri dan seketika ia keluar dari rumahnya. Tanpa berucap apapun Rasyid melangkahkan kakinya untuk pergi sejenak .Faridah cukup memahami kondisi keluarganya dan ia mengerti betul apa yang akan terjadi jika satu hari saja Rasyid tak menenangkan kedua buah hatinya, Faridah mendekati anak-anaknya dan berkata."Nak! Hari ini ayahmu tak bekerja, kita tak punya uang untuk beli makanan, minum air putih saja ya!" ucap Faridah merayu mengerti atau tidak namun kedua bocah itu menganggukkan kepala dan Faridah langsung mengusap rambut keduanya dengan sepasang mata yang sejak tadi berjalan dan berlalu hingga siang berubah menjadi sore, namun Rasyid tak jua rumah mereka Faridah terlihat was-was karena suaminya itu tak nampak batang hidungnya sejak tadi dan kedua anaknya, Agus dan Irfan masih saja berjuang melawan rasa lapar mereka sampai malam pun datang adalah malam yang begitu dingin. Di luar sisa-sisa hujan yang senja tadi turun telah meninggalkan gerimis-gerimis kecil yang tak jua kunjung reda, sedangkan Rasyid pergi entah kemana dan belum pulang hingga Faridah melihat kedua putranya terus gelisah. Agus dan Irfan tak bisa tidur karena laparnya perut mereka yang tak berisi dari tadi tak ke habisan akal, Ia mulai membacakan dongeng dari buku yang ada di dalam tas Irfan hingga lambat laun kedua bocah lapar itupun tertidur jua dalam pelukan ibu Faridah memandangi kedua bocah yang tidur dalam lelap itu. Ternyata sekuat-kuatnya hati seorang ibu akhirnya menangis juga saat melihat anaknya diterpa derita seperti ini. Butir demi butir air mata mengalir berjatuhan di pipi lama suara Rasyid ucapan salam terdengar dari luar. Faridah bergegas membukakan pintu. Ternyata sang suami yang ditunggu telah pulang dengan menenteng tiga bungkus nasi goreng dalam sebuah tak masuk ke dalam rumah, Rasyid langsung berucap."Agus dan Irfan mana Buk?""Mereka sudah tidur Pak," jawab Faridah lembutLalu Rasyid masuk ke rumah dan terus menyibak tirai kamar tidur kedua putranya itu. Agus maupun Irfan telah tidur pulas dengan mimpi-mimpi kedua buah hatinya yang terlelap itu, mata Rasyid mulai basah berair. Tangisan Rasyid mungkin tak terdengar tapi hatinya pilu sekali menyaksikan anak-anaknya tertidur dalam keadaan perut kosong karena seharian belum ada yang dimakan."Dari mana saja Pak? Aku dan anak-anak khawatir," ucap Faridah pada suaminya"Aku tak tega melihat Agus dan Irfan tak makan seharian, aku mendatangi Pak Salman di pelabuhan, aku berharap dapat pinjaman buk!" jawab Rasyid menjelaskan."Lalu ...?" tanya Faridah dengan penasaranKemudian Rasyid menatap istrinya yang bertanya itu seraya berujar."Aku tak mendapatkan apapun dari Pak Salman."Untung tadi aku bertemu Herman yang menggantikan pekerjaanku hari ini, dia membagi penghasilannya padaku dan aku membelikan beberapa bunkus nasi goreng ini," tegas Rasyid lagi dengan genangan air menghela napas panjang dan ia berkata."Sudahlah Pak! Bapak makanlah dulu."Rasyid menggeleng kemudian berucap."Kau makanlah bu, aku tak selera.""Kalau begitu nasi goreng ini ibu simpan saja, kita makan besok saja bersama anak-anak kita, ya kan pak?" ujar menganggukkan kepalanya sebagai respon terhadap tanggapan istrinya pun tersenyum kecil dan tak lama mereka pun istirahat karena malam sudah begitu harinya Rasyid bangun pada subuh sekali. Sebagai seorang muslim Rasyid melaksanakan sholat subuh sebagaimana yang selalu ia mulai menampakkan diri meskipun baru sedikit di atas ufuk. Rasyid tak ingin terlambat seperti sekali Rasyid bergegas ke pelabuhan dan hari ini Rasyid harus dengan semangat menjalani pekerjaannya itu yakni sebagai nakhoda kapal kayu demi hari terus ia lakoni pekerjaan itu dan kondisi keuangan keluarga Rasyid pun mulai kembali suatu malam, entah mengapa Rasyid kembali menatap fhoto masa kecilnya bersama Ardan sang adik. Rasyid meraih fhoto itu yang selama ini tergantung di dinding anyaman bambu batin Rasyid sangat merindu adiknya itu, Ardan yang selalu ia perjuangkan dulu hingga kini telah sukses menjadi seorang hakim. Di sela kerinduannya terselip rasa bangga yang dari jauh Faridah memperhatikan kelakuan suaminya itu. Betapa Faridah sangat tahu sungguh Rasyid menyayangi Ardan, sayang sekali dan rasa itu tak pernah berubah sampai hari hanya membiarkan Rasyid menikmati kerinduannya pada Ardan . Faridah tak ingin masih saja menatap fhoto yang dipegangnya itu. namun ketika Rasyid sedang asyik dengan kenangan masa lalunya, tiba-tiba Agus datang menghampiri sang ayah."Ayah rindu paman ya?" tanya melempar senyum pada Agus untuk menjawab pertanyaan menarik tangan anaknya untuk duduk di sampingnya."Nak! ayah rindu sekali pada pamanmu," ungkap Rasyid dengan terus menatap fhoto kecil mereka itu"Ayah ingat betul waktu itu, ketika pamanmu masih kecil, ia pernah sakit demam, ayah sangat khawatir sekali, ayah panik"Pada saat itu di luar hujan turun dengan lebat dan ayah juga tak punya uang kala itu, namun ayah tetap pergi ke apotik, ayah menangis tersedu-sedu sepanjang perjalanan."Ayah berlutut dan bermohon pada pemilik apotik agar diberi obat demam untuk pamanmu dan pemilik apotik itu memberinya."Lalu ayah pulang dengan menghapus air mata di sela hujan yang begitu lebat. Semuanya ayah lakukan agar pamanmu dapat sembuh dari demamnya."Rasyid menceritakan sepenggal kisah masa kecilnya bersama Ardan kepada anaknya."Jika ayah rindu, mengapa ayah tak datang saja ke rumah paman?" tanya Agus pada sang ayah"Apa ayah malu karena hidup kita miskin?" tanya Agus lagi"Tidak!" jawab Rasyid singkat"Atau paman sudah tak peduli pada Ayah?" Agus kembali bertanyaRasyid hanya menggeleng dan sejenak Rasyid menarik napas panjang kemudian ia langsung berucap."Sudah lah! sana pergi tidur, ini sudah jauh malam""Iya ayah," sahut Agus belum berdiri dari tempat duduknya seperti ada yang ingin ia tanyakan lagi pada ayahnya."Apa lagi, nak?" tanya Rasyid pada anaknya"Ayah, besok kan hari Minggu, Agus libur, apa boleh Agus ikut bersama ayah naik perahu?" pinta Agus."Untuk apa kau ikut? ayah kan bekerja," ujar Rasyid sambil mengusap kepala anaknya itu"Sekedar berjalan-jalan Yah, lagi pula aku ingin besok seharian bersama ayah, boleh ya yah, boleh ya," Agus bermohon merayu sang ayahRasyid mengangguk sambil tersenyum sebagai tanda bahwa Rasyid bersedia mengabulkan permintaan yang di tunggu ternyata telah datang. Agus menyambutnya dengan riang. Agus bersiap-siap pada pagi ini Agus akan bersama Ayahnya satu harian penuh. Ini adalah kesempatan langka bagi Agus meskipun hanya sekedar naik perahu mengikuti ayahnya cerita, mereka pun berangkat dengan hati yang bahagia terutama Agus. Rasyid menggandeng tangan anaknya dan menaikkannya ke Parahu kayu ini penumpang memang tak banyak, hanya sebelas orang saja, namun hati Rasyid cukup senang karena ia merasa Agus bahagia ikut kayu berpenumpang itu mulai melaju menjauhi pelabuhan. Agus mulai menikmati perjalanannya dengan memperhatikan hamparan sungai yang begitu mesin perahu memang terdengar bising di telinga, namun semua itu berpadu dengan segumpal bahagia di hati air sungai yang surut di muara selat Malaka ini membuat air cukup deras, entah kenapa langit tiba-tiba mendung, gerimis mulai turun namun tak lama gerimis berubah menjadi hujan yang yang semula cerah langsung berubah dengan kilatan petir dan menciptakan suara gemuruh yang bersahutan. Suasana terasa mencekam. Rasa was-was mulai menghantui penumpang tak terkecuali mesin perahu seketika mati dan balok besar di muara menghantam keras dinding haluan perahu hingga papan badan perahu itu pecah, sontak saja air menderu masuk melalui pecahan mulai sarat dengan air, angin yang kencang dan gelombang ombak yang besar membuat perahu tiba-tiba terbalik dan tenggelam di tengah sungai muara selat yang penumpang riuh diantara suara lebatnya hujan, petir dan gemuruh. Di sela itu terdengar pula suara bocah memanggil ayah dengan suara yang keras bersama berhasil memdapatkan sebuah jirigen dan sempat pula meraih tangan Agus yang sedang menangis itu, namun derasnya air membuat Agus terbawa arus bersama teriakan perih yang memanggil ayah itu dan seketika Agus cepat peristiwa itu terjadi hingga tak lama beberapa perahu nelayan menolong malang tak dapat ditolak. kecelakaan itu memakan korban dan menewaskan sembilan orang termasuk Agus yang juga anak kandung Rasyid sendiri sedangkan Rasyid dan tiga penumpang lainnya berhasil sore harinya mayat-mayat mereka pun ditemukan oleh tim pencari. Keluarga para korban begitu sedih sekali dan juga hal yang sama terasa di batin dikuburkan berjejer di pemakaman umum dan kampung kecil di pesisir itu kini sedang Faridah sebagai seorang ibu sangat terpukul sekali bahkan Faridah sempat pingsang histeris setelah ia mendengar kabar duka hari telah berlalu, luka di keluarga korban tentu belum lagi sembuh. Tiba-tiba empat orang polisi datang ke rumah Rasyid dan memboyongnya ke tahanan karena dalam kejadian tersebut Rasyid lah tersangkanya sebab dinilai lalai hingga menghilangkan nyawa orang kabar Rasyid yang ditahan itu terdengar ke telinga Ardan. Tentu kesedihan di hati Ardan pun tak bisa ia tutupi. Seorang hakim yang tegas dan jujur. begitulah orang-orang mengenal Ardan selama itu keluarga Rasyid tak pernah merasa tenang. Faridah dan Irfan sering dicemooh keluarga korban lainnya yang menganggap Rasyid adalah penyebab mereka kehilangan orang yang mereka sayangi, padahal Agus yang juga anak kandung Faridah juga ikut tewas dalam kejadian kemudian kasus Rasyid naik ke pengadilan. Dalam persidangan yang di gelar ternyata Ardan berperan sebagai yang duduk di bangku terdakwa dan rasyid terus menundukkan kepalanya. Sedangkan dalam hati Ardan, terbersit rasa sangat kasihan pada nasib yang menimpa kakak tercintanya penuntut umum terus membeberkan hal-hal yang menunjukkan Rasyid bersalah. Fakta-fakta persidangan mengungkap kelalaian Rasyid seperti Rasyid tak memeriksa terlebih dahulu mesin perahu yang ia kemudikan itu sampai-sampai Rasyid lalai karena tak memprediksi cuaca yang mungkin buruk dan dapat menjadi kendala saat Ardan tak kuasa menahan ini semua, namun sebagai seorang hakim Ardan cukup pandai menyembunyikan perasaannya diskors dan dilanjutkan minggu depan. Sedangkan Rasyid hanya tertunduk dan sekedar menjawab pertanyaan yang dilontarkan penyesalan yang dalam terus mengusik batin Rasyid hingga ia kehilangan Agus anak sulungnya suatu malam Ardan tampak murung. Photo masa kecil antara Ardan dan Rasyid juga ia tatap. Tiba-tiba air mata Ardan mengalir begitu masa lalunya bersama sang kakak membuat Ardan larut dengan mata yang ini Rosa yang juga istri Ardan ikut bersedih. Rosa mencoba menenangkan hati suaminya itu dengan mengusap-usap punggung Ardan, suaminya."Apa yang harus kuputuskan buk?" cetus Ardan dengan pertanyaannya pada sang istri."Apa kata hatimu Pak?" Rosa bertanya balik pada suaminya."Ini cukup berat, semua yang ku dapatkan hari ini adalah buah dari perjuangan dan pengorbanan bang Rasyid," ucap Ardan hanya terdiam mendengar itu."Aku sangat menyayangi bang Rasyid, aku rindu padanya, tapi aku tak ingin bertemu dia dalam keadaan seperti ini, aku tak kuat," tambah Ardan berganti dan tibalah dimana Ardan harus membacakan putusannya pada persidangan orang menunggu putusan yang penting itu. Suasana yang hening tergambar di ruang sidang itu dan Ardan mulai membaca putusannya serta berucap."Saudara Ahmad Rasyid bahwa dalam ketentuan Pasal 359 KUHP diatur mengenai perbuatan yang mengakibatkan orang mati karena salahnya yaitu,"Barang siapa karena kesalahannya kealpaannya menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun."Oleh karena itu setelah meneliti bukti dan mendengarkan keterangan para saksi maka majelis hakim memutuskan bahwa saudara Ahmad Rasyid terbukti bersalah secara hukum dengan sah dan meyakinkan serta dihukum dengan pidana penjara tiga tahun."Putusan telah dibacakan seketika palu hakim diketuk oleh Ardan dan seketika itu pula, Ardan berdiri dan berbalik badan untuk menyapu air matanya yang terus mengalir. Ardan mencoba menyeka air mata itu namun terus saja menatap kakaknya yang masih tertunduk di kursi terdakwa itu. Sejenak Ardan terbayang pengorbanan kakaknya yang mengasuh, merawat serta menyekolahkan masa lalu itu seperti film lama yang diputar ulang di pikiran Ardan. Ardan teringat saat dirinya kecil Rasyid kecil pula yang menyuapinya, Rasyid rela putus sekolah dan bekerja asalkan Ardan dapat melanjutkan saat Ardan kecil sakit maka Rasyid rela berhujan-hujanan untuk membelikan obat buat Ardan. Rasyid selalu membawa makan untuk Ardan kecil setelah Rasyid pulang bekerja. Rasyid berkata ia tak lapar namun perutnya berbunyi dan itu agar makanan yang Rasyid bawa dimakan oleh Ardan adiknya. Rasyid kerap hanya makan sisa-sisa dari apa yang telah dimakan Ardan. Begitulah Rasyid berkorban untuk Ardan sebab sejak kecil keduanya telah ditinggal mati kedua orangtua luar ruang sidang terlihat Faridah dan Irfan sedang menangis terisak-isak. Ardan coba menghampiri mereka, namun Faridah membawa anaknya menjauhi Ardan. Nampaknya Faridah begitu kecewa atas putusan Ardan sekali Ardan dan Rosa istrinya berkunjung ke rumah Kakak iparnya itu. Ardan mencoba membantu kehidupan keluarga Rasyid, sebab sejak Rasyid di penjara keuangan keluarga Rasyid makin terpuruk bahkan kini untuk kehidupan sehari-hari, Faridah terpaksa bekerja sebagai pembelah Ikan di sebuah gudang pengasinan olahan baik Ardan bersama Rosa di sambut dingin oleh Faridah dan tentunya Faridah menolak mentah-mentah bantuan yang di berikan oleh Ardan itu. Rasa kecewa Faridah membuat ia begitu membenci Ardan."Kau tak punya hati Ardan," cerca Faridah pada Ardan."Apa kau tak bisa membantunya? dia itu kakakmu!" ucap Faridah lagi dengan nada tinggi."Apa yang harus kulakukan kak?" tanya Ardan pada Faridah."Memang dasar hatimu tidak ada lagi buat kakakmu," ucap Faridah dengan ketus."Hatiku akan selalu ada buat bang Rasyid, akan selalu ada untuk selamanya, rasa sayangku tak pernah hilang padanya, tapi apa kakak tahu bahwa keadilan itu memang tak pernah punya hati," kata Ardan."Aku selalu memikirkannya, putusan yang ku buat adalah sesuatu yang berat menghimpit batinku, namun aku bisa apa? Aku hanya budak keadilan, maaf kak jika kakak kecewa dengan apa yang ku putuskan pada bang Rasyid, aku permisi,"Ardan menarik tangan Rosa, istrinya untuk beranjak keluar dari rumah terus berjalan sudah satu tahun Rasyid di penjara. Sementara Faridah dan Irfan, nasib hidup mereka semakin memburuk. Faridah yang tiap hari bekerja keras membuat kesehatannya rupanya kini kondisinya sakit-sakitan hingga suatu hari Faridah menemui ajalnya setelah penyakit semakin parah dan akhirnya Faridah meninggal untuk mengasuh Irfan, Ardan dan Rosa mengambil alih atas hak itu sebab Ardan dan Rosa setelah lama menikah ternyata belum juga di karuniai seorang saat terjadi kerusuhan di lapas dimana Rasyid ditahan. Perselisihan antara beberapa napi dan sipir penjara menjadi penyebab kerusuhan itu. Para napi baku hantam dengan sipir di lembaga pemasyarakatan pun tak dapat terelakkan lagi bahkan Rasyid yang tak ikut-ikutan dalam hal itu turut menjadi korban dan meregang nyawa saat peristiwa yang naas itu dimakamkan dan bersama napi-napi lainnya yang menjadi korban. Ardan begitu terpukul dengan hal ini. Barang barang Rasyid dikembalikan dan di antaranya ada sepucuk surat buat Irfan."[Irfan anakku, jangan pernah membenci pamanmu, sebab apa yang ia lakukan adalah bagian dari tugasnya."[Irfan, Meskipun saat ini kau belum mengerti tapi suatu saat jika ada orang yang bicara bahwa pamanmu tidak punya hati, mereka salah! hatinya selalu ada buat ayah, hanya saja pamanmu itu lebih cinta pada sumpah dan janji yang pernah ia ucapkan pada negara."[Anakku! setelah kematian Agus, kakakmu dan juga disusul oleh ibumu, Ayah berharap jaga dirimu baik-baik, jika nanti sesuatu terjadi pada ayah jangan pernah salahkan pamanmu."[sayangku selalu buat mu, Irfan anakku."Surat ini dibaca oleh Ardan dan Irfan bersama-bersama. Air mata keduanya tenggelam dalam tangisan yang memilukan. Langsung saja Ardan memeluk Irfan erat-erat. Dalam hatinya Ardan bergumam."Bang Rasyid! aku akan menjaga Irfan sebagai pengganti dirimu, akan ku perjuangkan pendidikannya, sekarang Irfan telah menjadi anakku,"Lama waktu telah berlalu bahkan dua belas tahun sejak kematian Rasyid. Irfan selama ini menjadi seorang anak bagi pasangan Ardan dan menyayangi Irfan dengan segenap jiwa dan raga mereka. Hari ini Irfan akan di wisuda menjadi seorang sarjana hukum. Irfan juga bercita-cita ingin menjadi seperti Ardan yakni seorang hakim jujur, tegas dan cinta akan memang tidak punya hati namun hati nurani dalam diri Ardan akan terus hidup dalam batinnya khusunya buat Rasyid, seorang kakak yang ia cintai dan yang akan selalu abadi dalam hati Ardan a m a t-

KumpulanCerpen Rakyat : Fabel Harimau Licik dan Kelinci Cerdik. "Tolooong! Tolooong! Tolonglah akuuuu!". Terdengar suara teriakan harimau dari dalam lubang yang dalam di sebuah hutan. Ya, harimau itu terperosok ke dalam lubang tersebut dan tidak bisa keluar. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain berteriak-teriak meminta tolong.
KUMPULAN DONGENG SI KANCIL Deskripsi KUMPULAN DONGENG SI KANCIL Cerita Binatang Cerdik dan LucuPengarang Lingkar MediaJumlah Halaman v+61 halamanUkuran 16,5 cm * 24 cmCover Soft CoverDaftar isi rangkaian cerita antara lain1. Mencuri timun2. Menipu para buaya3. Sabuk nabi Sulaiman4. Gong ajaib5. Kancil mengalahkan harimau6. Babi yang sombong7. Kancil dikalahkan siput8. Gajah yang baik hati9. Kancil menipu kera10. Hakim yang cerdik11. Si kancil dan beruang12. Kancil dan burung puyuh13. Lolos dari jebakan14. Tertipu lagi15. Kuda yang malang16. Harimau berguru kepada kucing17. Harimau yang tak tahu diri18. Kancil tertangkap penduduk19. Pangeran kodok. PajakTag Dikenakan PPNDeskripsi cukup jelas sesuai regulasi Spesifikasi Berat0 kg Panjang0 cm Lebar0 cm Tinggi0 cm KelasU Kondisi BarangBaru Pengiriman14 hari
Adayang melompat-lompat dari satu dahan ke dahan yang lain, adapula yang sibuk memakan biji-bijian ataupun buah-buahan yang terdapat di hutan. Burung-burung parkit itu tampak hidup tenang dan damai. Burung-burung parkit tersebut memiliki seorang raja yang sangat bijaksana. Ia sangat menyayangi rakyatnya.
Fungsi Berikut dibawah ini, fungsi penting yang ada didalam sebuah teks cerita rakyat, yaitu: 1. Sebagai Sarana Pendidikan. Artinya, cerita rakyat ingin menyampaikan amanat atau pesan yang bisa bermanfaat buat kepribadian dan watak dari para pendengarnya. 2. Sebagai Sarana Hiburan. Artinya, bisa mendengarkan cerita rakyat seperti dongeng bq6GUO2.